Selasa, 18 Januari 2011

Do’a hanya untuk melahirkan rasa butuh kepada-Nya


Senin, 06 january 2011
طلبك منه اتّهام له وطلبك له غيبت منك له وطلبك لغيره لقلت حيائك منه
Permintaanmu kepada-Nya (untuk memperoleh apa engkau inginkan) adalah kekhawatiran dan keraguanmu terhadap-Nya, dan pencarianmu kepada-Nya menunjukkan kehilanganmu terhadap-Dia, dan permintaanmu untuk sesuatu selain-Nya berarti sedikitnya rasa malu dirimu kepada-Nya
Yakni sesungguhnya seorang murid (yang sedang berproses mendekatkan diri kepada Alloh melalui bimbingan seorang guru), hendaklah menyibukkan diri di tengah perjalanannya dengan sesuatu yang dapat mendekatkan dirinya kepada Alloh SWT, dengan melaksanakan berbagai amal shaleh, dan tidak menyibukkan hatinya untuk mencari sesuatu yang lain karena sesungguhnya yang demikian ini tercela dan dapat menjadi sebab terputusnya perjalanan menuju Alloh. Karena sesungguhnya permintaanmu kepada-Nya agar Dia memberimu makanan atau rizki yang kamu harapkan dapat menguatkan dirimu dalam perjalanan menuju kepada-Nya apalagi keinginanmu mendapatkan lebih dalam hal rizki, sebenarnya yang demikian itu adalah kekuatiran (keraguan) dirimu kepada-Nya bahwa Dia tidak akan memberimu rizki. Karena sesunguhnya apabila kamu yakin kepada-Nya didalam menyampaikan kemanfaatan dan kebaikan kepada dirimu meski tanpa engkau minta, dan engkau yakin bahwa Dia lebih mengetahui akan kebutuhanmu, niscaya Dia mampu menyampaikan semua itu kepada dirimu tanpa engkau minta sekalipun.
Dan pencarianmu kepada-Nya dengan mencari kedekatan terhadap-Nya, dan keinginan hilangnya hijab / tirai yang menghalangi antara dirimu dengan-Nya sehingga engkau bisa menyaksikan-Nya dengan mata hatimu, itu menunjukkan kehilangan pandanganmu atas-Nya. Karena sesungguhnya apabila sesuatu itu hadir tidaklah ia memerlukan pencarian.
Dan permintaanmu kepada-Nya untuk (nendapatkan) sesuatu selain-Dia berupa beberapa macam harta benda dunia dan kemewahannya, dan beberapa keistimewaan semacam karomah, mukasyafah (terbukanya tirai), ahwal (beberapa kondisi spiritual) dan maqamat (beberapa kedudukan), semua itu menunjukkan sedikitnya rasa malu dirimu kepada-Nya. Karena jika engkau memiliki rasa malu kepada-Nya, niscaya engkau tidak akan menoleh kepada yang lain ataupun mencari sesuatu selain-Dia.
Dan permintaanmu kepada selain-Dia dengan menyandarkan diri kepada manusia didalam mendapatkan sesuatu harta benda dunia yang disertai rasa lalai terhadap Tuhannya, yang demikian itu menunjukkan jauhnya dirimu dari-Dia. Karena jika engkau dekat dengan-Nya, niscaya yang lain pasti jauh darimu. Demikian pula jika engkau menyaksikan dekat-Nya Dia denganmu, niscaya sudah mencukupimu dari kebutuhanmu kepada sekalian makhluk-Nya.
Oleh karena itu semua jenis meminta-minta bagi seorang murid pada hakekatnya kurang dibenarkan baik itu ditujukan kepada Al-Haq apalagi kepada makhluk kecuali permintaan itu dilakukan untuk sarana media beribadah kepada-Nya dan untuk memelihara etika dan tatakrama kepada-Nya dan untuk melahirkan rasa butuh kepada-Nya.

Adapun orang ‘Ariif, maka mereka tiada melihat selain hanya Alloh Ta’ala semata, yang mereka cari secara hakikat bukan dari makhluk meskipun secara lahiriah yang mereka dapatkan adalah melalui perantaraan makhluk.

Jalan menuju Alloh sebanyak hitungan nafas makhluk


Tiada satu nafaspun yang keluar dari diri manusia melainkan berasal dari pemberian Alloh SWT bukan dari manusia itu sendiri. Dan dari tiap-tiap nafas yang mengalir tersebut terdapat takdir / kepastian Alloh terhadap diri kita, adakalanya berupa keta’atan, atau maksiyat, atau ni’mat atau ujian.

Maka setiap nafas yang terjadi pada diri manusia itu merupakan tempat/cawan bagi takdir Alloh Yang Maha Haqq. Dan sepatutnya kita senantiasa menjaga adab/tatakrama kepada-Nya.

Dan kiranya inilah makna ucapan para ulama :

الطرق الى الله بعدد أنفاس الخلق

Jalan kepada Alloh sebanyak hitungan nafas para makhluk.

Dan bukankah tiada sesuatupun yang terjadi di dunia ini melainkan ada peran serta Alloh di dalamnya, tidak terkecuali nafas kita. Dan manakala nafas itu berlalu, maka saat itu juga waktu juga berlalu, dan umur kita juga berlalu tanpa bisa kembali lagi ke zaman dahulu. Oleh karena itu sayang sekali jika perbendaharaan yang tiada ternilaih ini dilewatkan begitu saja tanpa membawa makna penghambaan diri kehadirat Alloh SWT.

Dari itulah beberapa thariqah mengajarkan kepada kita zikir hifzul anfas, yaitu zikir menjaga nafas kita agar tidak berlalu dengan sia-sia, antara lain dengan melafalkan kalimat هو (Hu/Dia) ketika menarik nafas dan melafalkan lafaz لله ketika melepaskan nafas (dan itu dilakukan dengan zikir sirr/tersembunyi tidak terucap di lidah tetapi mengalir di dalam hati). Dan tentu saja lebih sempurna jika dilakukan dibawah bimbingan seorang syaikh thariqah.

Senin, 17 Januari 2011

Hakikat Teori Evolusi Darwin: Perang Terhadap Agama


Di jaman ini, sejumlah kalangan berpandangan bahwa teori evolusi yang dirumuskan oleh Charles Darwin tidaklah bertentangan dengan agama. Ada juga yang sebenarnya tidak meyakini teori evolusi tersebut akan tetapi masih juga ikut andil dalam mengajarkan dan menyebarluaskannya. Hal ini tidak akan terjadi seandainya mereka benar-benar memahami teori tersebut. Ini adalah akibat ketidakmampuan dalam memahami dogma utama Darwinisme, termasuk pandangan paling berbahaya dari teori tersebut yang diindoktrinasikan kepada masyarakat. Oleh karenanya, bagi mereka yang beriman akan adanya Allah sebagai satu-satunya Pencipta makhluk hidup, namun pada saat yang sama berpandangan bahwa "Allah menciptakan beragam makhluk hidup melalui proses evolusi," hendaklah mempelajari kembali dogma dasar teori tersebut. Tulisan ini ditujukan kepada mereka yang mengaku beriman akan tetapi salah dalam memahami teori evolusi. Di sini diuraikan sejumlah penjelasan ilmiah dan logis yang penting yang menunjukkan mengapa teori evolusi tidak sesuai dengan Islam dan fakta adanya penciptaan.

Dogma dasar Darwinisme menyatakan bahwa makhluk hidup muncul menjadi ada dengan sendirinya secara spontan sebagai akibat peristiwa kebetulan. Pandangan ini sama sekali bertentangan dengan keyakinan terhadap adanya penciptaan alam oleh Allah.

Kesalahan terbesar dari mereka yang meyakini bahwa teori evolusi tidak bertentangan dengan fakta penciptaan adalah anggapan bahwa teori evolusi adalah sekedar pernyataan bahwa makhluk hidup muncul menjadi ada melalui proses evolusi dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Oleh karenanya, mereka mengatakan: "Bukankah tidak ada salahnya jika Allah menciptakan semua makhluk hidup melalui proses evolusi dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain; apa salahnya menolak hal ini?" Akan tetapi, sebenarnya terdapat hal yang sangat mendasar yang telah diabaikan: perbedaan mendasar antara para pendukung evolusi (=evolusionis) dan pendukung penciptaan (=kreasionis) bukanlah terletak pada pertanyaan apakah "makhluk hidup muncul masing-masing secara terpisah atau melalui proses evolusi dari bentuk satu ke bentuk yang lain. Pertanyaan yang pokok adalah "apakah makhluk hidup muncul menjadi ada dengan sendirinya secara kebetulan akibat rentetan peristiwa alam, atau apakah makhluk hidup tersebut diciptakan secara sengaja?"

Teori evolusi, sebagaimana yang diketahui, mengklaim bahwa senyawa-senyawa kimia inorganik dengan sendirinya datang bersama-sama pada suatu tempat dan waktu secara kebetulan dan sebagai akibat dari fenomena alam yang terjadi secara acak. Mula-mula senyawa-senyawa ini membentuk molekul pembentuk kehidupan, seterusnya terjadi rentetan peristiwa yang pada akhirnya membentuk kehidupan. Oleh sebab itu, pada intinya anggapan ini menerima waktu, materi tak hidup dan unsur kebetulan sebagai kekuatan yang memiliki daya cipta. Orang biasa yang sempat membaca dan mengerti literatur teori evolusi, paham bahwa inilah yang menjadi dasar klaim kaum evolusionis. Tidak mengherankan jika Pierre Paul Grassé, seorang ilmuwan evolusionis, mengakui evolusi sebagai teori yang tidak masuk akal. Dia mengatakan apa arti dari konsep "kebetulan" bagi para evolusionis:

…'[Konsep] kebetulan' seolah telah menjadi sumber keyakinan [yang sangat dipercayai] di bawah kedok ateisme. Konsep yang tidak diberi nama ini secara diam-diam telah disembah.

(Pierre Paul Grassé, Evolution of Living Organisms, New York, Academic Press, 1977, p.107)

Akan tetapi pernyataan bahwa kehidupan adalah produk samping yang terjadi secara kebetulan dari senyawa yang terbentuk melalui proses yang melibatkan waktu, materi dan peristiwa kebetulan, adalah pernyataan yang tidak masuk akal dan tidak dapat diterima oleh mereka yang beriman akan adanya Allah sebagai satu-satunya Pencipta seluruh makhluk hidup. Kaum mukmin sudah sepatutnya merasa bertanggung jawab untuk menyelamatkan masyarakat dari kepercayaan yang salah dan menyesatkan ini; serta mengingatkan akan bahayanya.

Pernyataan tentang "adanya kebetulan" yang dikemukakan teori evolusi
dibantah oleh ilmu pengetahuan

Fakta lain yang patut mendapat perhatian khusus dalam hal ini adalah bahwa berbagai penemuan ilmiah ternyata malah sama sekali bertentangan dengan klaim-klaim kaum evolusionis yang mengatakan bahwa "kehidupan muncul sebagai akibat dari serentetan peristiwa kebetulan dan fenomena alamiah." Ini dikarenakan dalam kehidupan terdapat banyak sekali contoh adanya rancangan (design) yang disengaja dengan bentuk yang sangat rumit dan telah sempurna. Bahkan sel pembentuk suatu makhluk hidup memiliki rancangan yang sangat menakjubkan yang dengan telak mematahkan konsep "kebetulan."

Perancangan dan perencanaan yang luar biasa dalam kehidupan ini sudah pasti merupakan tanda-tanda penciptaan Allah yang khas dan tak tertandingi, serta ilmu dan kekuasaan-Nya yang Tak Terhingga.

Usaha para evolusionis untuk menjelaskan asal-usul kehidupan dengan menggunakan konsep kebetulan telah dibantah oleh ilmu pengetahuan abad 20. Bahkan kini, di abad 21, mereka telah mengalami kekalahan telak. (Silahkan baca buku Blunders of Evolutionists, karya Harun Yahya, terbitan Vural Publishing). Jadi, alasan mengapa mereka tetap saja menolak adanya penciptaan oleh Allah kendatipun telah melihat fakta ini adalah adanya keyakinan buta terhadap atheisme.

Allah tidak menciptakan makhluk hidup melalui proses evolusi

Oleh karena fakta yang menunjukkan adanya penciptaan atau rancangan yang disengaja pada kehidupan adalah nyata, satu-satunya pertanyaan yang masih tersisa adalah "melalui proses yang bagaimanakah makhluk hidup diciptakan." Di sinilah letak kesalahpamahaman yang terjadi di kalangan sejumlah kaum mukmin. Logika keliru yang mengatakan bahwa "Makhluk hidup mungkin saja diciptakan melalui proses evolusi dari satu bentuk ke bentuk lain" sebenarnya masih berkaitan dengan bagaimana proses terjadinya penciptaan makhluk hidup berlangsung.

Sungguh, jika Allah menghendaki, Dia bisa saja menciptakan makhluk hidup melalui proses evolusi yang berawal dari sebuah ketiadaan sebagaimana pernyataan di atas. Dan oleh karena ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa makhluk hidup berevolusi dari satu bentuk ke bentuk yang lain, kita bisa mengatakan bahwa, "Allah menciptakan kehidupan melalui proses evolusi." Misalnya, jika terdapat bukti bahwa reptil berevolusi menjadi burung, maka dapat kita katakan,"Allah merubah reptil menjadi burung dengan perintah-Nya "Kun (Jadilah)!". Sehingga pada akhirnya kedua makhluk hidup ini masing-masing memililiki tubuh yang dipenuhi oleh contoh-contoh rancangan yang sempurna yang tidak dapat dijelaskan dengan konsep kebetulan. Perubahan rancangan ini dari satu bentuk ke bentuk yang lain - jika hal ini memang benar-benar terjadi - akan sudah barang tentu bukti lain yang menunjukkan penciptaan.

Akan tetapi, yang terjadi ternyata bukan yang demikian. Bukti-bukti ilmiah (terutama catatan fosil dan anatomi perbandingan) justru menunjukkan hal yang sebaliknya: tidak dijumpai satu pun bukti di bumi yang menunjukkan proses evolusi pernah terjadi. Catatan fosil dengan jelas menunjukkan bahwa spesies makhluk hidup yang berbeda tidak muncul di muka bumi dengan cara saling berevolusi dari satu spesies ke spesies yang lain. Tidak ada perubahan bentuk sedikit demi sedikit dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain dalam jangka waktu yang lama. Sebaliknya, spesies makhluk hidup yang berbeda satu sama lain muncul secara serentak dan tiba-tiba dalam bentuknya yang telah sempurna tanpa didahului oleh nenek moyang yang mirip dengan bentuk-bentuk mereka. Burung bukanlah hasil evolusi dari reptil, dan ikan tidak berevolusi menjadi hewan darat. Tiap-tiap filum makhluk hidup diciptakan masing-masing secara terpisah dengan ciri-cirinya yang khas. Bahkan para evolusionis yang paling terkemuka sekalipun telah terpaksa menerima kenyataan tersebut dan mengakui bahwa hal ini membuktikan adanya fakta penciptaan. Misalnya, seorang ahli palaentologi yang juga seorang evolusionis, Mark Czarnecki mengaku sebagaimana berikut:

Masalah utama yang menjadi kendala dalam pembuktian teori evolusi adalah catatan fosil; yakni sisa-sisa peninggalan spesies punah yang terawetkan dalam lapisan-lapisan geologis Bumi. Catatan [fosil] ini belum pernah menunjukkan bukti-bukti adanya bentuk-bentuk transisi antara yang diramalkan Darwin - sebaliknya spesies [makhluk hidup] muncul dan punah secara tiba-tiba, dan keanehan ini telah memperkuat argumentasi kreasionis [=mereka yang mendukung penciptaan] yang mengatakan bahwa tiap spesies diciptakan oleh Tuhan.

(Mark Czarnecki, "The Revival of the Creationist Crusade", MacLean's, 19 Januari 1981, hal. 56)

Khususnya selama lima puluh tahun terakhir, perkembangan di berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti palaentologi, mikrobiologi, genetika dan anatomi perbandingan, dan berbagai penemuan menunjukkan bahwa teori evolusi tidak lah benar. Sebaliknya makhluk hidup muncul di muka bumi secara tiba-tiba dalam bentuknya yang telah beraneka ragam dan sempurna. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa Allah menggunakan proses evolusi dalam penciptaan. Allah telah menciptakan setiap makhluk hidup masing-masing secara khusus dan terpisah, dan pada saat yang sama, dengan perintah-Nya "Kun (Jadilah)!" Dan ini adalah sebuah fakta yang nyata dan pasti.

Kesimpulan

Sungguh sangat penting bagi orang-orang yang beriman untuk senantiasa waspada dan berhati-hati terhadap sistem ideologi yang ditujukan untuk melawan Allah dan din-Nya. Selama 150 tahun, teori evolusi atau Darwinisme telah menjadi dalil serta landasan berpijak bagi semua ideologi anti agama yang telah menyebabkan tragedi bagi kemanusiaan seperti fasisme, komunisme dan imperialisme; serta melegitimasi berbagai tindak kedzaliman tak berperikemanusiaan oleh mereka yang mengadopsi berbagai filsafat ini. Oleh karenanya, tidak sepatutnya kenyataan dan tujuan yang sesungguhnya dari teori ini diabaikan begitu saja. Bagi setiap orang yang mengaku muslim, ia memiliki tanggung jawab utama dalam membuktikan kebohongan setiap ideologi anti agama yang menolak keberadaan Allah dengan perjuangan pemikiran dalam rangka menghancurkan kebatilan dan menyelamatkan masyarakat dari bahayanya.

Kamis, 07 Oktober 2010

Kisah indah Ibnu Hajar dengan Seorang Yahudi




Ibnu Hajar rahimahullah dulu adalah seorang hakim besar Mesir di masanya. Beliau jika pergi ke tempat kerjanya berangkat dengan naik kereta yang ditarik oleh kuda-kuda atau keledai-keledai dalam sebuah arak-arakan.
Pada suatu hari beliau dengan keretanya melewati seorang yahudi Mesir. Si yahudi itu adalah seorang penjual minyak. Sebagaimana kebiasaan tukang minyak, si yahudi itu pakaiannya kotor. Melihat arak-arakan itu, si yahudi itu menghadang dan menghentikannya.
Si yahudi itu berkata kepada Ibnu Hajar: “Sesungguhnya Nabi kalian berkata:
(( الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ))

Dunia itu penjaranya orang yang beriman dan surganya orang kafir. (HR. Muslim)
Namun kenapa engkau sebagai seorang beriman menjadi seorang hakim besar di Mesir, dalam arak-arakan yang mewah, dan dalam kenikmatan seperti ini. Sedang aku -yang kafir- dalam penderitaan dan kesengsaran seperti ini.”

Maka Ibnu Hajar menjawab: “Aku dengan keadaanku yang penuh dengan kemewahan dan kenimatan dunia ini bila dibandingkan dengan kenikmatan surga adalah seperti sebuah penjara. Sedang penderitaan yang kau alami di dunia ini dibandingkan dengan yang adzab neraka itu seperti sebuah surga.”

Maka si yahudi itupun kemudian langsung mengucapkan syahadat: “Asyhadu anla ilaha illallah. Wa asyhadu anna Muhammad rasulullah,” tanpa berpikir panjang langsung masuk Islam.

Subhanallah, sangat menakjubkan hadits Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kisah ini…

Bahan Renungan:
Imam An-Nawawi menjelaskan hadits ini: “Dunia itu penjaranya orang yang beriman dan surganya orang kafir.”
مَعْنَاهُ أَنَّ كُلّ مُؤْمِن مَسْجُون مَمْنُوع فِي الدُّنْيَا مِنْ الشَّهَوَات الْمُحَرَّمَة وَالْمَكْرُوهَة ، مُكَلَّف بِفِعْلِ الطَّاعَات الشَّاقَّة ، فَإِذَا مَاتَ اِسْتَرَاحَ مِنْ هَذَا ، وَانْقَلَبَ إِلَى مَا أَعَدَّ اللَّه تَعَالَى لَهُ مِنْ النَّعِيم الدَّائِم ، وَالرَّاحَة الْخَالِصَة مِنْ النُّقْصَان . وَأَمَّا الْكَافِر فَإِنَّمَا لَهُ مِنْ ذَلِكَ مَا حَصَّلَ فِي الدُّنْيَا مَعَ قِلَّته وَتَكْدِيره بِالْمُنَغِّصَاتِ ، فَإِذَا مَاتَ صَارَ إِلَى الْعَذَاب الدَّائِم ، وَشَقَاء الْأَبَد .

“Maknanya bahwa setiap mukmin itu dipenjara dan dilarang di dunia ini dari kesenangan-kesenangan dan syahwat-syahwat yang diharamkan dan dibenci. Dia dibebani untuk melakukan ketaatan-ketaatan yang terasa berat. Jika dia meninggal dia akan beristirahat dari hal ini. Dan dia akan berbalik kepada apa yang dijanjikan Allah berupa kenikmatan abadi dan kelapangan yang bersih dari cacat.
Sedangkan orang kafir, dia hanya akan mendapatkan dari kesenangan dunia yang dia peroleh, yang jumlahnya sedikit dan bercampur dengan keusahan dan penderitaan. Dan bila dia telah mati, dia akan pergi menuju siksaan yang abadi dan penderitaan yang selama-lamanya.”

Terimalah kekurangan Suami seadanya

Seorang isteri mengadu begini kepada saya,

" Suami saya bukanlah seperti yg saya gambarkan sewaktu belum berkahwin. Dia amat berbeza daripada penampilannya dahulu. Sekarang dia bukan sahaja gagal membahagiakan saya malah sering menjadikan saya kesal mempersuamikannya. Ingin sekali saya meninggalkannya, tapi tak berupaya kerana memikirkan anak2 dan masa depan saya sendiri, walaupun ada lelaki yang sedia mengambil saya di luar sana. Saya seperti terperangkap oleh kedunguan masa lalu. Kekal bersamanya bererti saya selamanyalah tidak akan berasa bahagia. Apa yang boleh saya lakukan sekarang?

Lalu saya bertanya,

Skrg puan nak yang mana? Kekal bersamanya atau mengikut lelaki lain? Maksud saya mana yang lebih berat? Kalau awak tanyakan yang mana lebih berat, tentulah bersamanya lebih berat. Kalau begitu, mengapa tidak pejamkan mata, bayangkan yang indah2, anggaplah dia satu2nya lelaki yang ada di dunia ini dan binalah kebahagiaan bersama. Isteri itu seperti terkejut dgn saranan saya.

Barangkali dia mengharapkan satu cadangan yang lebih memihak kepada gelojak hatinya untuk memilih lelaki lain, berdasarkan kebahagiaan yang sudah gagal dikecapinya sekarang.

Lalu saya perjelaskan,

Kalaulah kebahagiaan yang menjadi persoalan, belum tentu pilihan seterusnya akan menjaminkan kebahagiaan.. Barangkali bersama lelaki kedua masalah lebih menimpa. Kalau nanti perkahwinan kedua itu juga gagal memberikan kebahagiaan, apakah anda akan berkahwin buat kali ketiga? Jika tak bahagia juga, anda akan berkahwin pula buat kali keempat? Kemudian kelima, keenam? Sampai bila?

Hidup bukankah untuk dinikmati? Usia bukanlah lama untuk dipersiakan dengan hal-hal yang tidak sepatutnya. Siapapun dia, dia adalah lelaki yang bergelar `SUAMI'. Kebahagiaan adalah satu istilah yang telah terbentuk. Tinggal bagaimana kita mendefinasikan kebahagiaan itu sahaja yang menyebabkan sesetengah drpd kita gagal berasa bahagia.

Alangkah ruginya kalau hidup yang singkat ini kita gagal mendapat bahagia. Semata2 kerana menyangka kebahagiaan itu akan dinikmati jika bersama orang sekian-sekian. Semata-mata kerana menyangka Si Dia boleh memberi bahagia yang diimpi-impikan. Kalau meleset bagaimana? Kalau kebahagiaan yang diidam-idamkan itu tidak diperoleh sdgkan kebahagiaan yang sedia ada ini telah ditinggalkan, bagaimana?

Setelah anda diijabkabulkan, satu perjanjian telah dibentuk. Anda telah merelakan diri anda bergelar ISTERI dan rela memanggil org berkenaan yang tiada langsung pertalian dengan anda sebelumnya sebagai suami. Anda merelakan segalanya kepada dia dan demikian dia terhadap anda. Setelah diikat dengan tali perkahwinan, mengapa tidak pejamkan mata dan anggaplah dia pasangan yang terbaik. Dia mmg dijadikan buat anda. Dia adalah segala-galanya. Bentuklah kebahagiaan bersamanya.

JANGAN mimpi-mimpikan lagi org lain selain dia.
JANGAN angan-angankan perkara yang bukan-bukan.
INGAT!!!!.. Anda dijadikan dari tulang rusuk dia. Relakan diri anda untuk bertolak ansur dlm beberapa hal untuk mencari kesukaan dan kebencian bersama. Relakan membina bahagia dan dialah alatnya.

Masalah yang sering menimpa pasangan muda ialah masing2 gagal memantau
imaginasi untuk membentuk bahagia pada awal perkahwinan. Setelah segalanya dilalui dan masalah menapak di sana sini, barulah sedar sesuatu sepatutnya dilakukan lebih awal dahulu. Tetapi nyata sudah terlambat, imaginasi bersama mekanisme-mekanisme nya telah dipersia-siakan. Bahagia kelihatan tetapi sudah tidak terjangkau dek tangan. Kesudahannya, bahagia disangka berada di luar dan mahu diburu walhal sebenarnya bahagia sudah berada di tangan, hanya gagal mengenal dan menikmatinya sahaja.

Selagi mana SUAMI anda itu masih menjalankan tanggungjawabnya, maksud saya dia masih ingat rumah, ingat anak-anak dan ingat untuk mencari rezeki, dia masih seorang lelaki yang boleh diharapkan. Apatahlagi jika dia seorang yang tidak meninggalkan ibadah-ibadah fardu, kekurangan-kekurang an yang ada pada dirinya hanyalah sekadar kekurangan untuk membenarkan kata-kata

"NO MAN IS PERFECT".

Menangani kejemuan (Al-Futur) dalam Dakwah






Pendahuluan
Manusia diciptakan Allah Taala dengan pelbagai sifat dan tingkahlaku yang menunjukkan betapa berhajatnya mereka kepada bantuan dan pertolongan. Sifat-sifat seperti resah gelisah, takut, kecewa, bosan, malas dan sebagainya adalah gambaran kelemahan diri manusia itu sendiri yang diciptakan sebagai hamba Allah. Kelemahan dan sifat serba kekurangan ini boleh mendedahkan manusia kepada keadaan murung dan berputus asa yang akhirnya akan membawa mereka kepada hilang pergantungan dengan rahmat Allah Taala. Sabda Rasulullah s.a.w:
إن لكل عمل شِرَّة، ولكل شِرَّة فترة
Maknanya: “Sesungguhnya bagi setiap amalan ada masa bersungguh(cergasa) dan setiap kecergasan ada masa jemu...”. Hadis riwayat Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al-Tirmizi.

Suasana persekitaran, pergaulan, kejahilan, kecintaan kepada dunia dan tiadanya murabbi adalah antara faktor kemurungan dan kebosanan dalam melaksanakan perintah Allah Taala. Ia samada berkaitan dengan ibadah mahupun dalam kerja-kerja dakwah. Keadaan ini adalah perlu diberikan perhatian kerana bimbang ia akan menjadikan seseorang itu hilang rasa nikmat beribadah dan berjuang di jalan Allah. Kertas kerja ini akan memberikan fokus perbincangan kepada kebosanan di dalam amal Islami yang sering melanda amilin dalam dakwah yang akhirnya menjejaskan gagasan yang telah digariskan di dalam perjuangan.

Definisi ’Al-futur’.
Menurut Mukhtar Al-Sihhah, Al-Futur itu bererti lemah, tumpul. Manakala Al-Raghib Al-Asfahani di dalam Mufaradat Al-Quran menyatakan bahawa erti Al-Futur ialah diam selepas bergerak cergas, lembut selepas keras dan lemah selepas kuat.

Ibnu Hajar rahimahullah berkata bahawa Al-futur ialah:

" الملال استثقال الشيء، ونفور الناس عنه بعد محبته، وهو داء يصيب بعض العباد والدعاة وطلاب العلم، فيضعف المرء ويتراخى ويكسل، وقد ينقطع بعد جد وهمة ونشاط. وفي القرآن الكريم قال الله تعالى مثنيا على الملائكة: [ يسبحون الليل والنهار لا يفترون ]
Maksudnya:Bosan, berat untuk melakukan sesuatu dan orang lari darinya selepas awalnya suka kepadanya. Ia adalah penyakit yang menimpa sebahagian hamba, para daie dan penuntut ilmu. Seseorang itu akan jadi lemah, bertangguh dan malas. Seterusnya meninggalkan dari melakukan sesuatu selepas awalnya ia bersungguh dan cergas. Di dalam Al-Quran Allah Taala memuji para MalaikatNya dengan berfirman: (( Mereka (para Malaikat) bertasbih malam dan siang tanpa jemu )).

Sebab-sebab Al-Futur dalam Dakwah.
Bagi seseorang yang terlibat dengan gerakan dakwah ia tidak boleh lari dari sifat sebagai manusia biasa yang terdedah kepada kebosanan dan kejemuan dalam dakwah. Bahkan para sahabatpun ada yang bertanya kepada Rasulullah s.a.w bilakah kemenangan akan tiba kerana sudah bosan dengan tentangan hebat dari golongan musyrikin. Dalam dakwah kebosanan berlaku samada akibat dari kelewatan mendapat kemenangan atau berpunca dari terjadi berbagai ujian yang berat kepada pejuang Islam. Allah Taala berfirman dalam surah Al-Taubah ayat 42:
Yang Maksudnya: Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperolehi dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jikalau kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu." Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahawa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta”.

Kebosanan dan kejemuan dalam dakwah adalah berpunca dari dua faktor utama iaitu faktor-faktor dalaman dan faktor-faktor luaran:

A. Faktor-faktor dalaman
1) Kejahilan yang menimbulkan keraguan kepada kesahihan tanzim.
2) Lemah amal ibadah.
3) Kurang mengamalkan sunnah dalam kehidupan harian.
4) Berlumba memperolehi populariti dalam dakwah.
5) Tidak berdisiplin dan kerja tidak tersusun.
6) Sentiasa berburuk sangka sesama ikhwah.
7) Tidak menghadiri tarbiah.
8) Tidak menghadiri aktiviti jamaah.
9) Tidak bersederhana/melakukan sesuatu secara melampau.
10) Tiadanya aktiviti Istirahah Al-Nafs.

B. Faktor-Faktor Luaran.
1) Jamaah tidak memberikan peningkatan kepada diri.
2) Ikhwah dalam jamaah tidak bersifat terbuka.
3) Tanzim yang bercelaru.
4) Aktiviti yang membosankan.
5) Kepimpinan yang tidak memberikan contoh yang baik.
6) Perpecahan dalam jamaah.
7) Serangan bertubi-tubi dari musuh.
8) Kemewahan hidup yang menamkan rasa selesa dengan apa yang ada.
9) Pengaruh wanita.
10) Pengaruh keluarga dan anak-anak.
11) Tekanan di tempat kerja.
12) Kekalahan dalam peperangan dengan musuh.

Faktor-faktor di atas adalah penyebab kepada timbulnya Al-Futur di dalam diri pejuang-pejuang Islam. Sebagai contoh ialah kekalahan, ia boleh menyebabkan hilang keyakinan untuk meneruskan perjuangan seperti berlaku di dalam perang Uhud. Apabila umat Islam ditimpa kekalahan, ramai yang mula kecewa, hilang keyakinan dan rasa bimbang dengan masadepan Islam. Lalu Allah Taala menjelaskan sendiri mengapakah kekalahan berlaku dengan firmanNya:
Yang maksudnya: Dan Mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu Telah menimpakan kekalahan dua kali ganda kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan, Maka (kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-orang yang beriman. Surah Ali-Imran : 165-166.
Dengan turunnya ayat di atas barulah para sedar bahawa kekalahan yang berlaku adalah berpunca dari kelakaun mereka sendiri yang tidak menuruti arahan Rasulullah s.a.w. Lantas selepas daripada itu mereka tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama dan akhirnya Allah Taala kurniakan kemenangan dengan pembukaan Kota Mekah yang berlaku secara aman.

Penyelesaian.
Bagi menyelesaikan dan merawat penyakit Al-Futur yang menimpa ahli jamaah Islam maka terdapat beberapa tip yang boleh dijadikan sebagai panduan iaitu:

1) Membaca Al-Quran yang mengisahkan kesusahan perjuangan Anbiya.
2) Membaca Sirah Rasulullah s.a.w.
3) Membaca sejarah pejuang Islam masa silam.
4) Solat berjamaah.
5) Tingkatkan amalan sunat.
6) Hidupkan sunnah dalam kehidupan.
7) Meninggalkan amalan makruh.
8) Kurangkan menonton TV.
9) Selalu bersama solihin.
10) Hadiri majlis ilmu.
11) Selalu berhubung dengan ahli jamaah.
12) Amalkan pengurusan diri dan berdisiplin.
13) Menjaga masa.
14) Kreatif mempelbagaikan aktiviti jamaah.
15) Mengamalkan kesatuan fikrah dan kesatuan amal.
16) Libatkan semua peringkat ahli jamaah Islam dengan tarbiah.

Kesimpulan.
Para Qiadah dalam jamaah Islam seharusnya bersifat peka terhadap perkembangan di kalangan ahli-ahli jamaah Islam yang mempunyai tingkah laku dan kecenderungan yang pelbagai. Kebijaksanaan qiadah amat perlu bagi memastikan faktor-faktor yang membawa kepada Al-futur dalam dakwah dapat ditangani dengan sebaiknya agar intima di dalam jamaah bukan sahaja kerana kebenaran yang dibawa tetapi kerana keseronokan bersama-sama memperjuangkan Islam. Qiadah yang tidak sensitif dengan perkara-perkara seumpama ini akan membawa kepada kecenderungan ahli jamaah meninggalkan perjuangan Islam.

Kisah Nabi Khidir Dalam Kitab Imam Ibnu Hajar Asqalaniy




|Takziah kepada keluarga Rasulullah SAW |Khidir datang menegur peniaga |Kisah
Khidir dan Abu Mahjan|
|Nabi Khidir memberi pengajaran |Nabi Khidir datang ke Baitul Haram |
|Amalan yang paling disukai Allah |Nabi Khidir mengubati dengan Asmaul Husna |
Takziah kepada keluarga Rasulullah SAW

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam kitab Tafsir:“Bercerita kepadaku ayahku, yang didengarnya dari Abdul Aziz Al-Ausiy, dari Ali bin Abu Ali, dari Jakfar bin Muhammad bin Ali bin Husain, dari ayahnya, katanya Ali bin Abi Talib berkata:“Ketika wafat

Rasulullah SAW, datanglah ucapan takziah. Datang kepada mereka (keluarga Nabi
SAW) orang yang memberi takziah. Mereka mendengar orang memberi takziah tetapi
tidak melihat orangnya. Bunyi suara itu begini:
‘Assalamu Alaikum Ahlal Bait Warahmatullahi Wabarakatuh.Setiap yang bernyawa

akan merasakan mati. Hanyasanya disempurnakan pahala kamu pada hari kiamat.
Sesungguhnya dalam agama Allah ada pemberi takziah bagi setiap musibah, bagi Allah
ada pengganti setiap ada yang binasa, begitu juga menemukan bagi setiap yang hilang.
Kepada Allah-lah kamu berpegang dan kepada-Nya mengharap. Sesungguhnya orang
yang diberi musibah adalah yang diberi ganjaran pahala.”
Berkata Jakfar:“Bercerita kepadaku ayahku bahawa Ali bin Abi Talib ada berkata:
“Tahukah kamu siapa ini? Ini adalah suara Nabi Khidir.”Berkata Muhammad bin

Jakfar:“Adalah ayahku, iaitu Jakfar bin Muhammad, menyebutkan tentang riwayat dari
ayahnya, dari datuknya, dari Ali bin Abi Talib bahawa datang ke rumahnya satu
rombongan kaum Quraisy kemudian dia berkata kepada mereka:“Mahukah kamu aku
ceritakan kepada kamu tentang Abul Qasim (Muhammad SAW)?”
Kaum Quraisy itu menjawab:“Tentu sahaja mahu.”
Ali bin Abi Talib berkata:“Jibril Alaihis salam pernah berkata kepada Rasulullah SAW:
“Selamat sejahtera ke atas kamu wahai Ahmad. Inilah akhir watanku (negeriku) di bumi.

Sesungguhnya hanya engkaulah hajatku di dunia.”Maka tatkala Rasulullah SAW wafat,
datanglah orang yang memberi takziah, mereka mendengarnya tetapi tidak melihat
orangnya. Orang yang memberi takziah itu berkata:“Selamat sejahtera ke atas kamu
wahai ahli bait. Sesungguhnya pada agama Allah ada pemberi takziah setiap terjadi
musibah, dan bagi Allah ada yang menggantikan setiap ada yang binasa. Maka kepada
Allah-lah kamu berpegang dan kepada-Nya mengharap. Sesungguhnya orang yang diberi